WONOSOBO, metro7.co.id – Dika Prastiawan yang akrab dipanggil Dika, seorang pemuda berusia 21 tahun dari Provinsi Bengkulu tepatnya di jln. Arobintang desa Riak Siabun, Kecamatan Sukaraja, kabupaten Seluma, Bengkulu, menapaki perjalanan luar biasa dalam mengejar mimpinya menjadi seorang Chef terkenal.(6/2/2024)

Mengambil langkah pertamanya dengan mendaftar sebagai peserta MasterChef Indonesia RCTI , Dika tidak gentar meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan.

Untuk mengembangkan keterampilannya, Dika memutuskan untuk merantau ke Pulau Jawa, menempuh pendidikan di Budi Mulya Dua, sebuah sekolah kuliner terkemuka di Yogyakarta.

Dalam waktu setahun penuh, dari Januari 2023 hingga Januari 2024, Dika menyelami dunia kuliner dengan tekun. Puncak dari perjalanannya terjadi pada bulan Desember 2023, ketika Dika berhasil meraih kelulusan dari Budi Mulya Dua.

Namun, kesuksesan Dika tidak datang tanpa rintangan. Untuk mencapai tempat sekolahnya di Jogja, Dika memilih menggunakan bus sebagai sarana transportasi yang lebih terjangkau daripada pesawat. Meskipun sempat memeriksa harga tiket pesawat melalui aplikasi di handphone, Dika menganggap biayanya terlalu tinggi untuk seorang pelajar.

“Saya pernah cek diaplikasi harga tiket pesawat di Handphone dari Yogyakarta ke Bengkulu kisaran 1,5 sampai 3 juta sekali keberangkatan,” kata Dika saat diwawancarai awak media metro7.

Dengan pertimbangan bijak, Dika memilih opsi bus dengan biaya lebih ekonomis, sekitar 700 ribu rupiah dari terminal Giwangan hingga terminal Bengkulu kota.

“Dari Jogja ke Bengkulu dengan menggunakan bus itupun perlu transit di Lubuk Linggau, saya harus mencari bus yang tanpa transit walaupun masih jarang ada,” katanya.

Keberadaan Tol Sumatra membantu mempercepat perjalanan, mengubah durasi yang sebelumnya mencapai 3 malam 4 hari menjadi hanya 2 hari.

“Sebelum ada tol Sumatra, perjalanan bisa lebih lama, saya mendapat cerita dari ayah saya waktu ke Jawa sebelum adanya tol,” ungkapnya.

Dalam mengisahkan perjalanannya, Dika dengan tulus mengungkapkan rasa syukurnya terhadap pembangunan Tol Sumatra. Selain mempersingkat perjalanan, tol ini juga berkontribusi pada penghematan biaya dan waktu.

“Selain lebih singkat sampai ke Jogja, biaya untuk makan pun bisa di pangkas sehingga tol Sumatra sangatlah membantu bagi saya,” katanya.

Dalam ucapan terima kasihnya, Dika mengakui peran penting pemerintah, khususnya Hutama Karya, dalam mewujudkan program pembangunan jalan tol Sumatra, sebagai salah satu langkah nyata dari inisiatif pemerintahan Jokowi.

Seiring berjalannya satu dekade sejak dimulainya pembangunan Jalan Tol Trans-Sumatera, proyek ini telah menjadi pilar utama dalam menjawab kebutuhan konektivitas tinggi di negara kepulauan Indonesia yang memiliki 17.508 pulau.

Perjalanan panjang ini dimulai dari amanat pemerintah melalui Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014, yang kemudian diperbaharui oleh Peraturan Presiden No. 131 Tahun 2022, memberikan mandat kepada Hutama Karya untuk membangun dan mengembangkan jaringan jalan tol yang menghubungkan Lampung hingga Aceh.

Dengan total panjang mencapai 2.840 km melalui 24 ruas jalan berbeda, tahap I Jalan Tol Trans-Sumatera dijadwalkan akan beroperasi penuh pada tahun 2024. Satu dekade ini tidak hanya menciptakan jalur transportasi yang efisien, tetapi juga menjadi pilar pertumbuhan ekonomi bagi pulau terbesar kedua di Nusantara, Sumatera.

Sebagai pusat potensi alam dan komoditas, Sumatera telah memberikan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2015, Sumatera menyumbang 22,21% dari total PDB, menjadikannya yang terbesar kedua setelah Jawa.

Keberlanjutan pertumbuhan dan kemajuan ekonomi Sumatera menjadi krusial dalam memastikan stabilitas dan pertumbuhan di kawasan tersebut.

Perjalanan Dika, seorang pemuda dari Bengkulu Kota, memberikan gambaran nyata tentang manfaat Tol Sumatra bagi masyarakat. Dika, yang meniti karier kuliner melalui pendidikan di Pulau Jawa, memilih bus sebagai sarana transportasi yang terjangkau untuk mencapai tujuannya.

Keberadaan Tol Sumatra membantu menghemat waktu perjalanan Dika, membuktikan bahwa infrastruktur jalan tol adalah fondasi penting dalam mendukung impian dan perkembangan masyarakat Indonesia.

Satu dekade Tol Sumatra bukan hanya tentang menghubungkan titik A ke B, tetapi juga menghubungkan peluang, pertumbuhan, dan kemajuan. Dalam satu dekade ke depan, harapannya, proyek ini akan terus menjadi pilar utama dalam membawa Sumatera dan Indonesia menuju masa depan yang lebih terkoneksi dan makmur.

Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) membuka era baru dalam konektivitas Sumatera dengan peresmian ruas Bakauheni-Terbanggi Besar di Lampung pada Jumat (8/3/2019). Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan jajaran menteri serta pejabat negara turut merayakan momen bersejarah tersebut.

Tol Lampung, dengan panjang mencapai 140,7 km, menjadi tonggak sejarah sebagai jalan bebas hambatan terpanjang yang pernah diresmikan oleh Jokowi.

Dalam pidatonya, Jokowi menegaskan pentingnya pembangunan infrastruktur untuk mempercepat konektivitas antar wilayah.
Ruas tol Bakauheni-Terbanggi Besar terdiri dari empat paket pembangunan, menghubungkan Sumatera Selatan dan Bengkulu. Proyek jalan tol penghubung antar kabupaten/kota ini diharapkan memangkas waktu tempuh dari Palembang, Lubuklinggau, hingga Bengkulu.

Pembangunan jalan tol ini menjadi bagian integral dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) koridor Palembang-Bengkulu. Ruas tol ini terdiri dari tiga segmen utama: Simpang Indralaya – Muara Enim (119 km), Muara Enim – Lubuklinggau (114,5 km), dan Lubuklinggau–Bengkulu (95,8 km).

Di Provinsi Bengkulu, sebuah proyek megah sedang direncanakan: sebuah terowongan sepanjang 7 km yang akan menghubungkan Bengkulu dengan Lubuklinggau, melalui bukit barisan yang menghampar di wilayah Sumatera.

Bengkulu-Lubuklinggau dibagi menjadi tiga seksi, dengan total panjang lebih dari 95 km. Tahap pembangunan exit tol di Lubuklinggau dipastikan akan dilanjutkan dalam Tahap ke IV, yang direncanakan pada tahun 2024 mendatang.

Meskipun proyek ini masih dalam tahap perencanaan dan pembangunan, Pemerintah Kota Lubuklinggau telah menyiapkan segala persyaratan, termasuk lokasi pintu tol. Namun, kejelasan mengenai anggaran pembebasan lahan untuk exit tol di Lubuklinggau masih menunggu keputusan dari pemerintah pusat.

Sementara itu, sektor konektivitas dari Palembang ke Bengkulu juga mengalami kemajuan signifikan. Tol Trans Sumatra membuka akses lebih luas dengan pengembangan ruas tol yang menghubungkan dua provinsi ini.

Pelaksanaan tahap pembangunan tol Palembang-Bengkulu menjadi fokus utama dalam memperkuat integrasi antar wilayah. Ruas tol ini diharapkan mampu memangkas jarak tempuh dan memperbaiki akses transportasi.

Pembangunan tol ini dibagi menjadi beberapa seksi. Seksi 1, menghubungkan Bengkulu dan Taba Penanjung dengan panjang 17,6 km. Seksi 2, sepanjang 23,7 km, menghubungkan Taba Penanjung dan Kepahiang. Sedangkan Seksi 3, dengan panjang 54,5 km, menghubungkan Kepahiang dengan Kota Lubuklinggau.

Meskipun proyek ini mengalami penundaan dalam tahap pembangunan, rencana pembangunan exit tol di Lubuklinggau tetap menjadi prioritas. Pembebasan lahan untuk proyek ini masih menunggu kejelasan anggaran dari pemerintah pusat.

Tahap IV dari pembangunan tol Palembang-Bengkulu dijadwalkan dilaksanakan pada tahun 2024. Meskipun demikian, belum ada kepastian mengenai perubahan trase yang mungkin terjadi. Pemerintah Kota Lubuklinggau tetap optimis dalam menjalankan proyek ini, dengan harapan penyelesaian pembangunan akan memberikan dampak positif bagi konektivitas regional dan ekonomi lokal.***