BATU BARA, metro7.co.id – Untuk mengubah perilaku membuang sampah sembarangan dan mengubah sampah menjadi rupiah, Pemkab Batu Bara bersama Kelompok Sadar Lingkungan (Pokdarling) Kabupaten Batu Bara meluncurkan aplikasi Mobile Bank Sampah.

Peluncuran aplikasi tersebut diresmikan Bupati Batu Bara Ir H Zahir bersama Ketua Pokdarling Darma Sembiring di Gedung MPH Tanjung Gading, Komplek Inalum, Kecamatan Sei Suka, Sabtu (28/10).

Turut hadir Ketua TP PKK Ny Maya Indriasari Zahir Kadis Kominfo Edwin Aldrin Sitorus, Plt Kadis PMD Zamzamy Elwadip, Plt Kadis Perkim dan Lingkunagn Hidup Frans Sahala, para kepala sekolah SD dan SMP serta para pemangku kepentingan di Kabupaten Batu Bara.

“Aplikasi Mobile Bank Sampah bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat yang masih buang sampah sembarangan menjadi peduli terhadap sampah,” ujar Zahir di awal sambutan.

Melalui aplikasi itu, sampah yang ada di sekitar lingkungan bisa menjadi pundi-pundi rupiah. Hal itu sejalan dengan slogan aplikasi Mobile Bank Sampah yakni “Ayo, Nabung Sampah Jadi Rupiah”.

“Hadirnya inovasi tersebut sangat diapresiasi Bupati Zahir. Ia ingin segera dilaksanakan pada satu desa percontohan dan sekolah sebagai contoh untuk desa lain,” sambungnya.

Bupati Zahir menyebut bahwa sampah menjadi masalah semua. Di Kabupaten Batu Bara sampah terlalu banyak tapi daya angkut kurang dan daya tampungnya tidak mencukupi dari pada produksi sampah.

Bupati Zahir berharap dengan adanya Pokdarling bisa memberi budaya baru kepada masyarakat.

Hadirnya Pokdarling yang bekerjasama dengan PT Arta Jaya yang bisa membeli sampah ini, akan memberikan budaya baru bagi masyarakat, terutama ibu-ibu rumah tangga agar sampahnya tidak langsung dibuang ke tong sampah.

“Tapi bisa disimpan, dikumpul, dipilah dan bisa dijual pada tempat bank sampah yang ada di desa-desa. Sehingga sampah bisa menjadi faktor penghasil uang,” tuturnya.

Dijelaskan Darma Sembiring, Aplikasi Mobile Bank Sampah diciptakan karena keinginan Bupati Batu Bara Zahir untuk menyadarkan masyarakat bisa mengurangi jumlah volume atau limbah rumah tangga.

“Awalnya Pak Bupati ingin adanya gerakan yang bisa mengubah mindset masyarakat untuk mengurangi volume atau limbah sampah rumah tangga,” katanya.

Kemudian dilakukan diskusi-diskusi melalui gebuk desa, pembinaan terhadap adik-adik, study tiru dan lainnya akhirnya kami berpikir untuk memudahkan gerakan ini dengan melakukan sebuah edukasi kepada masyarakat agar mereka tahu bahwa sampah berbahaya jika ditimbun di lingkungan sekitar.

Selanjutnya membuat motif ekonomi seperti di negara-negara maju ada Jepang dan Belanda. Ternyata sampah bisa berharga menjadi rupiah.

“Semoga dengan adanya Pokdarling agar memacu semua desa dan sekolah untuk segera membentuk bank sampah,” tutupnya.