JAKARTA, metro7.co.id – Aksi bintang Paris Saint Germain (PSG) Neymar bertukar kaus dengan salah satu pemain RB Leipzig usai semifinal Liga Champions mencuatkan kontroversi terutama di media sosial.

Karena aksi tukar kausnya itu, Neymar terancam absen di final Liga Champions musim ini.

Perdebatan terutama di media sosial terkait kemungkinan sanksi larangan bermain karena melakukan pertukaran kaus dengan salah satu pemain tim lawan.

PSG lolos ke final Liga Champions setelah menghajar Leipzig 3-0 di Estadio da Luz, Rabu (19/8) dini hari WIB.

Neymar ikut berkontribusi dengan mencetak satu assist untuk kemenangan Les Parisiens pada laga semifinal tersebut.

Neymar sempat meladeni permintaan pemain Leipzig, Marcel Halstenberg, untuk bertukar jersey usai pertandingan.

Aksi tukar jersey tersebut sebenarnya hal lazim dalam pertandingan di situasi normal. Namun, hal itu jadi hal sensitif di tengah pandemi virus corona (Covid-19).

Pertukaran jersey antar pemain dikhawatirkan berpotensi menjadi salah satu penularan Covid-19 pada pertandingan.

Regulasi itu tercantum dalam halaman 31 peraturan protokol kesehatan dalam pertandingan sepak bola di masa pandemi Covid-19 yang dibuat UEFA.

“Para pemain diminta untuk tidak melakukan pertukaran kaus (usai pertandingan),” demikian tercantum dalam regulasi khusus itu seperti dikutip dari The Sun.

The Sun mengklaim dalam regulasi disebutkan ancaman sanksi indisipliner bagi pemain yang tidak mematuhi regulasi pertandingan selama pandemi Covid-19.

“(Pelanggaran tukar kaus) bisa berujung pada sanksi pendisiplinan sesuai dengan Kode Disiplin UEFA,” demikian keterangan dalam regulasi itu.

Neymar disebut-sebut bisa terancam sanksi larangan tampil di final Liga Champions yang akan digelar pada Minggu (23/8) malam waktu setempat.

Sebelum kompetisi kembali bergulir di masa pandemi, sempat diwacanakan sanksi bagi pemain yang bertukar kaus bisa dijatuhi hukuman isolasi mandiri selama 12 hari. Namun, detail soal lama isolasi mandiri itu tak tercantum di peraturan larangan kaus tersebut.

Di media sosial seperti Twitter, potensi sanksi tersebut menjadi perdebatan. Salah satu akun Twitter menilai aksi Neymar itu tidak membuatnya menjadi subjek hukuman karena dalam pasal tertulis ‘diminta’ atau ‘disarankan’ dan bukan ‘diharuskan’.***(cnnindonesia)