PARINGIN, metro7.co.id -Saklar ditekan, lampu yang mengitari balai adat Desa Liyu sontak menyala. Jalinan kabel penghantar listrik berkapasitas 1500 Watt, dari panel konversi penangkap sinar matahari, menuju rangkaian baterai penyimpan tenaga, menandai hadirnya era baru di Liyu.

Listrik yang mafhum dikenal dengan sebutan solar Cell itu, ditempatkan di 3 titik berbeda di Desa Liyu, satu unit di Balai Adat, 2 lainnya bakal menerangi area wisata unggulan desa tersebut.

Bagi Megi, tokoh pemuda Liyu yang juga penggiat Pokdarwis di desa itu, kehadiran solar cell mendorong penghematan biaya yang cukup signifikan. “Terutama nanti pada saat pelaksanaan Festival Budaya tahunan atau Mesiwah Pare Gumboh,” ujarnya, Rabu (21/9/2022).

Menurut Megi, balai adat, merupakan sentra aktifitas masyarakat, baik sebagai medium pengembangan budaya, maupun wahana pertautan ide untuk membangun desa. Lantas, listrik sedianya punya peran sentral.

Setidaknya, ujar Megi, beban pengeluaran desa tak lagi dipusingkan dengan biaya listrik untuk balai adat. “Karena hampir setiap hari, listrik terus dihidupkan, untuk memfasilitasi aktifitas warga,” katanya.

Dengan adanya fasilitas solar cell ini, lanjutnya, masyarakat tentu sangat terbantu. Penghematan, bisa jadi pembelajaran buat masyarakat juga, ada saatnya masyarakat harus berubah untuk bisa mandiri. “Solar cell bisa jadi bantu loncatan,” katanya.

Energi Terbarukan untuk Liyu yang Lebih Baik

Projek energi terbarukan yang digawangi, Gamma Abdurrahman Thohir, merupakan projek anak muda Indonesia yang bertujuan untuk mendorong pemenuhan energi listrik dari sumber terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia khususnya untuk masyarakat adat di area terpencil.

Gamma Abdurrahman Thohir memulai Project ini pada Tahun 2015, saat ia berumur 15 tahun yang didorong oleh kesadaran tentang kesenjangan elektrifikasi pedesaan dengan perkotaan.

Lokasi Project ini diawali di desa terpencil di Kasepuhan Ciptagelar yang terletak di lereng Gunung Halimun, Jawa Barat.

Liyu yang berpotensi untuk menjadi objek wisata dan keunikan budaya masyarakat adat Dayak Deah yang selama empat tahun terakhir ini disajikan melalui festival budaya tahunan, Mesiwah Pare Gumboh (MPG) yang telah dikenal secara nasional tentunya perlu didukung dengan akses listrik yang memadai.

Untuk itu Gamma kembali mendorong penyediaan listrik di desa ini dari sumber terbarukan yaitu tenaga surya yang akan dipasang di lokasi strategis Desa antara lain di Balai Desa dan dua lokasi wisata yaitu Watu Badinding dan Lok Bahan.

Secara simbolis, Gamma menyerahkan panel surya kepada Kepala Desa Liyu, Sukri didampingi Ketua YABN, Okty Damayanti dan CRM Departemen Head, Djoko Soesilo dan tokoh adat setempat.

Gamma juga monitoring proses pemindahan panel ke kawasan wisata dan memberikan informasi pemeliharaan panel surya kepada kepala desa.

Pada program ini pula sebut Gamma, pihaknya bekerjasama dengan YABN dalam realisasi projek energi terbarukan di Desa Liyu. Ia berharap, keberadaan panel Surya di Desa Liyu dapat memberikan penerangan yang dibutuhkan oleh masyarakat adat disana.

“Kami ingin menjaga dan melestarikan desa adat di Indonesia dan Desa Liyu begitu menonjol adatnya. Sehingga sesuai dengan visi dan misi kami,” pungkas Gamma. ***