MARTAPURA, metro7.co.id – Kejadian gempa bumi tanggal 13 Februari 2024 lalu di Kalimantan Selatan akibat patahan Meratus.

Gempa bumi dengan Magnitudo 4,7 kedalaman 10 kilometer tersebut banyak menyebabkan kerusakan terutama di 3 kecamatan di Kabupaten Banjar dan Tapin dengan skala dari 4 hingga 5 MMI (Modified Mercally Intensity).

Ahli geologi dari Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, Supartoyo menyebutkan, peristiwa gempa bumi yang terjadi 13 Februari 2024 tersebut di kabupaten Banjar adalah kedua kalinya. Pertama terjadi sekitar 55 tahun silam.

Menurutnya, mitigasi bencana harus dilakukan, dan ini tidak hanya tanggung jawab pemerintah saja, akan tetapi semua pihak, masyarakat, dunia pendidikan, dan dunia usaha.

“Seperti Jogjakarta adalah salah satu provinsi terbaik mitigasi bencananya. Mereka punya sekolah tangguh bencana dan desa tangguh bencana,” terangnya, Rabu (6/3).

Supartoyo pun mengatakan, perlu adanya peningkatan mitigasi bencana oleh pemerintah dan penduduk, karena bukan tidak mungkin wilayah yang pernah terjadi gempa bumi suatu saat akan bisa merasakan peristiwa serupa yang dipastikan kembali terjadi, dan itu tidak bisa diprediksikan kapan waktunya.

“Maka dengan hal tersebut pemerintah harus mempublikasikan ke masyarakat serta mengedukasi masyarakat agar selalu siap dengan mitigasi bencana yang disosialisasikan pemerintah ke sekolah- sekolah dengan muatan lokal dibidang pendidikan untuk memberikan pengetahuan apa yang harus dilakukan siswa jika gempa terjadi,” katanya.

Dan Supartoyo pun mengakui, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh timnya saat observasi yakni minim data, cuaca hujan, serta sulitnya medan yang dilalui.

“Juga data yang terdampak cuma ada di BPBD Banjar, kalau provinsi dan Tapin tidak ada, dan terkait laporan rekomendasi teknis observasi terhadap lima kecamatan akan diserahkan kepada pemerintah daerah setelah selesai mengolah data dalam beberapa pekan ke depan,” tutupnya.