BANJARBARU, metro7.co.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak curah hujan tinggi di Kalsel bakal berlangsung hingga Januari 2024.

Berdasarkan informasi tersebut pula, BMKG tak hanya memprakirakan kondisi cuaca hujan lebat saja. Melainkan peralihan musim yang disebabkan El-Nino (panas ekstrim) ternyata juga mempengaruhi potensi sejumlah bencana.

Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel, Suria Fadliansyah mengungkapkan, sesuai imbauan BMKG dan gubernur Kalsel agar cukup siaga serta tak lupa menghindari lokasi naiknya air. Kemudian rawan tanah longsor di daerah cekungan-cekungan, masyarakat diminta mulai waspada dan siaga. Mengingat, bencana yang datang tak terduga kejadiannya.

Perlu diingat, musim seperti ini tak hanya bencana banjir saja yang harus jadi kewaspadaan. Tetapi, bencana lainnya seperti puting beliung, tanah longsor, hingga banjir rob (pasang air laut) turut mengancam disejumlah wilayah di Kalsel.

Maka dari itu, langkah kesiapan penting menghadapi berbagai bencana, BPBD Kalsel sudah memasang sistem pendeteksi dini bencana (EWS) yang didirikan di 34 titik daerah rawan.

“Ini juga ada di Balangan, Banjar, Hulu Sungai Tengah (HST). Jadi, alat ini sebelum terjadinya air naik baru berbunyi, itu tidak. sistemnya secara otomatis memberikan peringatan,” ucapnya.

Tahun 2024 BPBD Kalsel juga mendapat bantuan logistik (peralatan) tambahan untuk memaksimalkan kerja timnya dalam menghadapi berbagai bencana termasuk banjir. “Ada beberapa fasilitas yang mulai terpenuhi baik dari pemerintah pusat atau pun dari provinsi sebagai kesiapsiagaan kita menghadapi bencana,” ungkapnya.

Berdasarkan data hasil kajian resiko bencana di provinsi ini tercatat ada 152 kecamatan di Kalsel berpotensi bencana banjir resiko tinggi.

Di antaranya Kabupaten Banjar. Namun, seluruh daerah di Kalsel dianggap memiliki potensi besar atau tinggi terdampak bencana banjir.

Disisi lain, banjir rob (air pasang laut) juga berpotensi terjadi di lima kabupaten Kalsel yakni, Barito Kuala (Batola), Banjar (Aluh-Aluh). Kemudian wilayah pesisir selatan adalah Tanah Laut (Tala), Tanah Bumbu (Tanbu) dan Kotabaru.

“Namun ada tiga yang potensial terdampak banjir Rob,” kata Kepala Sub Bidang (Kasubbid) Kesiapsiagaan Bencana BPBD Kalsel, Ariansyah, dalam penyampaiannya di kegiatan jumpa pers.

Tingginya curah hujan juga menyebabkan potensi bencana lainnya seperti longsor. “Nah, untuk pengecualian atau tak terjadi longsor itu berada Kabupaten Barito Kuala (Batola) dan Kota Banjarmasin karena dataran rendah,” ujarnya.

Dari hasil kajian, dirinya menyebut, potensial besar terjadinya bencana longsor dan harus diwaspadai masyarakat adalah yang tinggal di kawasan dataran tinggi Pegunungan Meratus.

Sedangkan potensi bencana angin puting beliung di Kalsel diprediksikan arah anginnya tak menentu. Tapi daerah terbuka sering menjadi korban langganan dari bencana tersebut.

“Itu memang sering terjadi di kawasan dataran rendah dan areal terbuka seperti Kabupaten Banjar, Batola dan Kota Banjarbaru,” pungkasnya.