BANJARMASIN – Bank Indonesia (BI) tahun 2018 inflasi Kalimantan Selatan 2,63 persen.

“Ini berada dibawah target sasaran inflasi nasional 3,5+1 persen,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Selatan, Herawanto terkait prospek perekonomian Kalsel Selasa (26/2/2019).

Dikatakan, jika dibandingkan tahun 2017 inflasi tersebut lebih rendah yakni 3,73 persen. Bahkan sedikit lebih rendah dari inflasi nasional 3,13 persen.

“Rendahnya inflasi Kalsel tahun 2018 bersumber dari semakin rendahnya komponen harga seperti Tarif Tenaga Listrik (TTL) serta inflasi bahan makanan,” jelasnya.

Namun demikian, koordinasi dan upaya pengendalian inflasi di Kalsel dilakukan melalui program penjajakan kerja sama antar daerah.

Dikatakan pula, perekonomian Kalsel tahun 2018 tumbuh 5,13 persen. Artinya, masih dalam kisaran proyeksi sebesar 5,1 – 5,5 persen.

Namun, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi Kalsel tahun 2017 sebesar 5,28 persen.

“Dari sisi pengeluaran terjadi perlambatan ekonomi negara mitra utama Tiongkok serta resiko transmisi negara berkembang,” jelasnya.

Lebih lanjut dikatakan, baik nasional maupun Kalsel perekonomiannya ditopang kuat oleh investasi khususnya investasi infrastruktur pemerintah.

Sementara, investasi swasta yakni pada sektor investasi pembangkit dan CPO.

Ditambahkan, perekonomian Kalsel triwulan IV – 2018 tumbuh sebesar 5,78 persen (yoy).

Terjadi peningkatan dengan triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 5,14 persen (yoy).

“Dalam hal ini sisi permintaan pertumbuhan ekonomi Kalsel triwulan IV – 2018 bersumber dari meningkatnya kinerja investasi,” terangnya.

Kemudian, sambung Herawanto didampingi, Humas BI Haris, penguatan pertumbuham ekonomi Kalsel didorong penguatan kinerja pertambangan.

“Tercapainya target produksi semester II adanya perusahaan tambang antara lain Adaro dan Arutmin yang mendorong meningkatnya kinerja sektor dimaksud,” ujarnya. (metro7/ad)