Tanjung — Seperti diketahui bersama harga karet dunia dalam beberapa waktu terakhir anjlok cukup signifikan. Harga karet dunia saat ini turun jadi US$ 1,6/kg atau Rp 16.000/kg. Sementara harga di tingkat petani hanya Rp 6.000-7.000/kg.
Salah satu penyebab anjloknya harga karet dunia adalah berubahnya struktur perubahan karet dunia. Kebijakan karet yang awalnya hanya diintervensi oleh 3 negara yaitu Thailand, Indonesia, dan Malaysia di dalam International Tripartit Rubber Corporation (ITRC), kini Vietnam juga sudah mulai campur tangan. Alasannya, Vietnam kini menjadi salah satu produsen karet terbesar ketiga di dunia menggeser Malaysia.
Dan tidak hanya Vietnam, negara lain seperti Laos, Kamboja, India, dan Tiongkok juga melakukan hal yang sama karena diklim telah memproduksi karet dengan jumlah cukup besar.
Menyikapi keluhan dari para petani karet di kabupaten Tabalong, Bupati Tabalong H Anang Syakhfiani berusaha maksimal untuk mencoba mencari jalan agar harga karet di tingkat petani bisa naik dalam batas kewajaran. Tetapi karena permasalahan harga merupakan masalah Internasional maka dirinya berupa untuk mencarikan tanaman alternatif pengganti karet kedepan.
“Kita harus mencari alternatif yang positif untuk warga masyarakat petani di Tabalong khususnya petani karet untuk bersama-sama beralih ke perkebunan Kelapa Sawit. Alternaitf ini sangat cerah karena harga Kelapa Sawit sampai hari ini tidak ada penurunan dan mempunyai prospek masa depan yang cerah,” ujar Anang.
Orang nomor satu di Kabupaten Tabalong ini menyarankan bagi para petani yang ingin membuka lahan baru supaya mengalihkannya ke perkebunan Sawit saja. PT Astra Argo Lestari yang merupakan perusahaan perkebunan Kelapa Sawit terbesar di Kabupaten Tabalong sudah bersedia untuk melakukan kerjasama dengan warga masayarakt yang ingin menanam Sawit.
“PT Astra sudah welcome bagi warga masyarakat Tabalong dimana saja untuk bertanam pohon Kelapa Sawit. Perusahaan Astra akan memberikan bibit dan pupuk kemudian apabila petani sudah panen mereka wajib untuk menjualnya kepada perusahaan dengan harga standart yang cukup menggiurkan,” tutur bupati Anang.
Sejak harga karet turun drastis, Anang mengungkapkan rasa keprihatinannya kepada para petani karet di kabupaten Tabalong. Bagaimanapun juga walaupun harga karet terjadi secara nasional, tetapi sebagai kepala daerah dirinya mempunyai tanggung jawab moral untuk mencarikan jalan keluar yang tepat agar kesejahteraan para petani khususnya petani karet bisa lebih baik lagi.
Sementara itu, untuk menyiasati anjloknya harga karet mentah di tingkat petani, Bupati Tabalong meminta para petani untuk mengolah karet sadapannya secara maksimal agar harga karet mentah mereka bisa naik hingga angka Rp.9.000,-/kg.
“Salah satu pengusaha karet di Tanjung pak Andi, dia mampu menjual karetnya dengan harga Rp.9 ribu per kilogram, tetapi tentu saja dengan pengolahan dan kualitas karet yang lebih baik, sehingga harga bisa lebih tinggi dipasaran,” tutur pria murah senyum ini.
Untuk itu warga masyarakat para petani disarankan untuk meniru sistim pengolahan karet dari pengusaha tersebut, dengan harapan harga karet yang petani jual bisa lebih tinggi lagi. Dan bagi petani yang berkeinginan untuk membuka kebun karet supaya menahan diri dan mencoba untuk mengalihkannya ke perkebunan Kelapa sawit yang prospeknya lebih baik dimasa mendatang. (Metro7/sari)