BARABAI, metro7.co.id – Komunitas penggerak GUSDURian Barabai menggelar Forum 17-an, panggung budaya dan dialog kebangsaan, di Cafe Balai Rakyat, Jumat (1/9) malam.

Kali ini, sebagai pemateri, yakni Kepala Kemenag HST, Ketua KPU HST, Ketua GP Ansor HST, Penyuluh Agama Hindu, pimpinan Pendeta GKE Resort HST dan Tokoh Pemuda Tinghoa HST.

Sekretaris PCNU HST yang juga Koordinator GUSDURian Barabai, H Idi Amin mengatakan, tujuan kegiatan ini untuk mengingatkan sejarah perjuangan Gus Dur, terutama jejak perjalanannya.

“Pasalnya, Gus Dur adalah sosok yang komplit, ia adalah tokoh intelektual, politikus, dan ulama yang sangat berpengaruh di Indonesia,” ucapnya.

Gus Dur merupakan pejuang hak untuk warga minoritas yang tertindas. Meskipun sudah beberapa tahun Gus Dur wafat, pemikiran semasa hidupnya tetap relevan bagi warga lintas etnis dan agama.

“Perjuangan Gus Dur membuka keran kesetaraan untuk kaum minoritas, Gus Dur juga membela kelompok-kelompok yang diperlakukan secara diskriminatif baik dari sisi struktur negara, ideologi politik, maupun norma sosial,” tuturnya.

Sedangkan keberagaman, menurutnya, terjadi dalam kehidupan keseharian, menggambarkan bahwasanya indahnya toleransi di tengah perbedaan yang ada.

Ia menegaskan, bangsa itu beragam, sebab memiliki banyak suku, ras, adat dan agama besar yang diakui oleh negara serta banyaknya aliran kepercayaan lokal yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Untuk membangun yang namanya toleransi, pergunakan sosial media sebaik-baiknya dan pendekatan persuasif untuk menebar kebaikan. Ketika seseorang melihat, dia mencontoh dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga toleransi itu tercapai walaupun kita beragam,” tambahnya.

Beragam banyaknya perbedaan yang ada di Indonesia, ujarnya, harus dikelola dengan baik dan hati yang dingin.

“Semoga dengan acara Gus Dur ini membawa berkah bagi kita semua, bahkan untuk negeri kita tercinta Indonesia,” tutupnya.

Selain dialog kebangsaan, juga ada penampilan musik panting, tari dan pembacaan puisi.

Turut dihadiri masyarakat sekitar, warga Nahdliyin, perwakilan Banom NU HST, penganut agama Kristen, Hindu dan Tionghoa yang berdomisili di HST, serta tamu undangan lainnya.