TANJUNG – Sekitar tiga ratusan lebih pelajar SMP, Madrasah mengikuti kegiatan upacara hari Sumpah Pemuda (HSP) ke-87 yang dilaksanakan di lapangan upacara SMAN 3 Tanjung di desa Banyu Tajun Rabu (28/10) tadi.
Peserta upacara yang berasal dari enam sekolah dasar dan dua madrasah itu terdiri dari para pelajar dan regu penggalang pramuka, turut mengikuti upacara guru masing-masing sekolah, bertindak sebagai Pembina upacara adalah salah satu guru SMAN 3 Tanjung Ahmad Maidi.
Upacara HSP diawali dengan penaikan bendera yang diiringi lagu Indonesia Raya, kemudian pembacaan UUD 1945, Pancasila, Sumpah Pemuda serta menyanyikan lagu kebangsaan satu nusa satu bangsa, Padamu Negeri dilanjutkan dengan amanat Pembina upacara.
Dalam kesempatan itu Ahmad Maidi selaku Pembina upacara mendapatkan kepercayaan dari OSIS SMAN 3 Tanjung mewakili kepala sekolah menyampaikan amanat tentang sejarah singkat hari sumpah pemuda sebagai berikut.
Hari Sumpah Pemuda (HSP), hari yang sangat bersejarah dan telah memberikan inspirasi serta motivasi yang besar bagi kemajuan bangsa Indonesia. Melalui peringatan ini kita dapat mengenang tekad pemuda Indonesia pada saat itu yang “mengikrarkan komitmen persatuan dan kesatuan bangsa, yaitu : Satu tanah Air-tanah Air Indonesia, Satu Bangsa-Bangsa Indonesia dan Satu Bahasa-Bahasa Indonesia”.
Peringatan HSP merupakan momentum sejarah yang sangat penting dalam perjuangan bangsa Indonesia yang dipelopori oleh anak-anak muda pada zamannya. Sumpah Pemuda merupakan momentum yang telah membangun komitmen kolektif bangsa untuk bersatu dan mengembangkan jiwa nasionalisme di tengah-tengah hegemoni kolonialisme penjajah.
Momentum sejarah ini penting untuk kembali direnungkan dan direaktualiasikan agar semangat yang terkandung di dalamnya dapat terus memberikan inspirasi dan motivasi bagi seluruh bangsa ini untuk menggapai kejayaan bangsa di masa depan agar dapat hidup sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Secara khusus momentum peringatan HSP tahun ini diarahkan untuk menjadi tonggak pembangunan karakter bangsa pemuda pelajar Indonesia.
Atas dasar semangat itulah peringatan HSP tahun 2015 ini mengangkat tema “Mewujudkan Pemuda yang Santun, Cerdas, Inspiratif dan Berprestasi”. Tema ini secara khusus mengandung pesan bahwa saat ini kita memerlukan figur-figur pemuda yang santun, cerdas, inspiratif dan berprestasi.
Pemuda yang santun adalah pemuda yang memiliki budi pekerti, berahlak mulia, menghormati yang lebih tua, dan menyayangi yang lebih muda, serta peduli terhadap sesame. Pemuda Indonesia dituntut untuk santun dalam perkataan pikiran, dan perbuatan.
Pemuda yang cerdas adalah pemuda yang memiliki kemampuan inovasi dan kreatifitas yang tinggi, yang mampu mengatasi berbagai persoalan dihadapinya, yang memiliki kompetensi sehingga akan mampu bertahan dan unggul dalam menghadapi persaingan global.
Pemuda yang inspiratif adalah pemuda yang mampu memberikan inspirasi bagi pembangunan bangsanya, inspirasi bagi perubahan, dan inspirasi dalam mengembangkan genarasi yang unggul dan berdaya saing tinggi.
Pemuda yang berprestasi adalah pemuda yang senantiasa berorientasi pada kejayaan, keunggulan dan kegemilangan masa depan. Pemuda yang berprestasi adalah pemuda yang tidak mudah menyerah, bertanggung jawab, dan senantiasa melakukan yang terbaik untuk dirinya, masyarakatnya dan untuk bangsanya.
Upaya untuk mewujudkan pemuda Indonesia yang santun, cerdas, inspiratif dan berprestasi haruslah dijadikan sebagai komitmen kolektif bangsa ini sebagai manifestasi dari semangat dan jiwa Sumpah Pemuda.
Melalui peringatan HSP tahun ini, diharap agar seluruh elemen bangsa ini kembali merenungkan dan menghayati jiwa dan semangat yang terkandung dalam nilai-nilai Sumpah Pemuda yang telah diikrakan oleh para pemuda dari berbagai suku, agama dan latar belakang kebudayaan yang sangat plural dari seluruh Indonesia delapan puluh lima tahun yang lampau.
Makna Sumpah Pemuda Yang Telah Luntur
Tepat pada Rabu 28 Oktober hari ini, bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-87. Sumpah Pemuda sendiri merupakan momen bersejarah bagi bangsa Indonesia dimana para pemuda merangkum sumpah hasil rapat Pemuda-Pemudi Indonesia atau dikenal dengan Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928 silam. Momen itu kemudian diperingati sebagai “Hari Sumpah Pemuda”.
Sejarah yang sedikit terlupakan ini memiliki arti mendalam dalam rentetan alur sejarah yang silih berganti dialami bangsa yang bermartabat ini. Dimana kaum muda mengguncang sejarah dengan mendeklarasikan Sumpah Pemuda.
Makna Sumpah Pemuda sekarang, untuk mengembalikan semangat nasionalisme para pemuda saat ini untuk bersatu dalam satu kesatuan untuk membangun dan bangkit menghadapi era globalisasi nan rentan terhadap kaum pelajar yang terpengaruh pada budaya westernisasi. Indonesia memiliki latar belakang yang beranekaragam, mulai dari agama, suku bangsa hingga adat istiadat. Untuk mempersatukan itu, maka para pahlawan kita telah menyatukan keanakeragaman dalam satu persatuan, yaitu Indonesia.
Kini, Sumpah Pemuda telah memasuki usia ke-87 yang juga tergolong usia ‘teramat’ matang. Sumpah Pemuda lahir melalui proses yang sangat panjang yang menghasilkan satu tekad dan tujuan, yakni bertumpah darah yang satu (tanah air Indonesia), berbangsa satu (bangsa Indonesia) dan menjunjung tinggi bahasa persatuan (bahasa Indonesia).
Dapat disimpulkan Sumpah Pemuda digunakan untuk identitas nasional. So, mari renungkan kembali makna sumpah tersebut dengan jiwa dan semangat kebangsaan serta keinginan bersatu yang tinggi. Masa lalu dan sekarang masih tetap sama, pemuda adalah harapan bangsa. Gelora dan semangat kaum muda juga dituntut dewasa ini dengan tujuan terciptanya satu persatuan bangsa dan kesejahteraan rakyat.
Kaitan Sumpah Pemuda, Kemerdekaan dan Pendidikan dalam Kehidupan
Kemerdekaan dalam berpendidikan. Setiap individu juga berhak untuk mendapatkan ilmu yang bisa menunjang kehidupan mereka. Tapi apakah setiap makhluk itu mendapatkan kemerdekaan dalam berpendidikan? Apakah mereka juga mendapatkan porsi yang sama dalam berpendidikan?
Mari lihat anak-anak yang terlantar di pinggiran jalan hanya untuk memenuhi kebutuhan makannya. Urusan pendidikan mereka sama sekali tak mereka urusi. Yang mereka urusi hanyalah makan dan makan. Apakah ini salah mereka? atau juga salah orang tuanya? Tak ada yang bisa dipersalahkan dalam hal ini. Orang tua mereka bersusah payah mencari pekerjaan untuk menghidupi keluarganya namun taka da hasil yang mereka dapat. Ketika mereka sudah berputus asa dalam mencari pekerjaan, anak mereka lah yang menjadi korban. Mereka menyuruh anaknya untuk pergi ngamen atau pun mengemis di emperan jalan atau pun toko. Sungguh malang nasib mereka. namun yang membuat saya justru menyesal ialah kenapa pemerintah seakan cuek akan hal ini, padahal di pembukaan alinea terdapat kata-kata mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sungguh mereka seakan tak peduli. Memang ada program beasiswa bagi mereka yang berprestasi, tapi bagaimana dengan mereka yang tak berprestasi tapi mau belajar namun tak mendapatkan beasiswa? Sama sekali taka da respons pemerintah dalam hal itu.
Bagaimana pula sumpah pemuda dapat terwujud jika remajanya tak bersekolah? Disinilah dibutuhkan berbagai peran masyarakat serta pemerintah dalam mewujudkan pemuda-pemuda handal bagi negara. Diberikan kemerdekaan dalam berpendidikan maka akan terwujudlah makna dari sumpah pemuda itu. Selamat hari sumpah pemuda. (metro7/via)