BANGKA BELITUNG, metro7.co.id – Musim penghujan disertai angin kencang yang terjadi belakangan ini membuat kondisi alur Muara Air Kantung yang berlokasi di Sungailiat, Kabupaten Bangka, alami pendangkalan.

Akibatnya, nelayan Sungailiat beberapa waktu terakhir merasa kesulitan untuk keluar masuk melewati mulut muara.

Merespon kecemasan nelayan tersebut, DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Bangka pun bergerak cepat.

Dalam tempo dua hari saja, DPC HNSI Bangka bersama nelayan berjibaku mengeruk tumpukan pasir di mulut muara yang disebabkan pasang surut air laut.

Dijelaskan nelayan setempat, Sudirman, bahwa pihaknya dengan HNSI Bangka dan rekan-rekan nelayan menyewa alat berat berjenis ekskavator untuk mengeruk pasir di mulut muara tersebut.

“Gak buntu sih, pak, cuma agak memprihatinkan karena abrasi cuaca musim sekarang ini. Jadi dikerjakan pengerukan ini dengan swadaya dari nelayan ini, pak,” ungkap Sudirman saat ditemui di muara setempat, Rabu (31/1) sore.

Dijelaskan Sudirman, dana operasional untuk pengerukan muara yang telah berlangsung tiga bulan itu mereka dapatkan dari kompensasi aktivitas Ponton Isap Produksi (PIP) mitra PT Timah Tbk yang menambang timah di kawasan perairan sekitar.

“Dana operasionalnya ini dari kegiatan PIP yang bekerja di samping alur muara. Dari pihak CV ini bagi untung. Dibagi untung Rp10.000 ke kami, tapi [peruntukkan] itu ke muara. 70, 30. Yang 70 persen untuk ke muara, dan 30 ke rombongan kami (nelayan-pen). Masa kami kerja gotong royong kan,” beber Sudirman.

Ia pun turut merincikan jumlah dana operasional pengerukan muara yang didapatkan pihaknya dari kompensasi PIP mitra PT Timah selama tiga bulan terakhir, yang berkisar Rp80 juta rupiah.

“Dana pertama yang kami serahkan itu Rp20 juta. Yang kedua kami serahkan lagi Rp30 juta, ketiga ada Rp10 juta, dan ini yang terakhir ada Rp20 juta,” beber Sudirman.

Namun ia juga mengatakan, setelah pengerukan muara ini selesai, pihak nelayan tidak mau ikut campur lagi untuk mengurus Muara Air Kantung, selain karena sudah kehabisan dana, pihaknya pun sudah lelah dituding negatif oleh berbagai pihak.

“Kita mengharap dari pemerintah kan gitu-gitu aja. Jadi kami sebagai nelayan ini masa bodoh lah sekarang. Jadi rombongan kami, saya tarik semua, kami tak mau lagi ngurus muara karena kerja benar pun kami dituduh macam-macam,” ungkapnya.

Senada dengan Sudirman, nelayan bernama Elwan berharap pemerintah daerah dapat turun tangan mengurus masalah Muara Air Kantung yang tak kunjung selesai itu.

Apalagi, kata dia, saat ini dana operasional yang dimiliki oleh nelayan sudah tidak mampu lagi jika harus membiayai kegiatan pengerukan muara dalam jangka panjang.

“Sebetulnya sebagai nelayan kita maunya dari pemerintah yang turun tangan. Tapi sampai sekarang ini mau bupati, gubernur, gak ada ini,” imbuhnya didampingi Sudirman.

Dalam kesempatan yang sama, Lukman selaku Ketua DPC HNSI Bangka menjelaskan kalau kegiatan pengerukan muara kali ini dia katakan sudah mereka persiapkan jauh-jauh hari, untuk mengantisipasi cuaca buruk yang sedang terjadi saat ini.

“Sebelumnya kami sampaikan bahwa kegiatan dari kemarin dan hari ini sudah kita persiapkan, karena kita sudah membaca cuaca buruk akan datang. Jadi dana dari PIP kami simpan untuk persiapan hari ini,” akuinya.

Dirinya mengutarakan alasan pengerukan muara harus dilakukan secara swadaya lantaran masih terjadi sengketa hukum antar-perusahaan yang berkeinginan mengeruk Muara Air Kantung tak kunjung selesai, sehingga pihak pemerintah pun tidak bisa menerbitkan izin pengerukan sampai hari ini.

“Jadi kami sempat datang ke kedua belah pihak perusahaan, kalau kami untuk sementara akan melaksanakan giat pengerukan muara dengan menggunakan swadaya masyarakat. Jadi kami harap kalian selesaikan secara hukum,” ungkap Lukman yang menceritakan awal mula kegiatan pengerukan Muara Air Kantung tersebut diambil alih oleh nelayan.

“Kami juga ikut terlibat dan mengawasi kegiatan itu bersama PIP-PIP mitra PT Timah, CV SMS dan CV JMS kala itu, yang mereka berkomitmen tetap untuk membantu kegiatan alur muara,” sambung Lukman.

Namun dirinya turut pula menyayangkan, karena setelah sengketa hukum tersebut selesai di kasasi tingkat terakhir beberapa waktu yang lalu, tapi sampai hari ini pemerintah enggan menunjuk salah satu perusahaan yang layak untuk melakukan kegiatan pengerukan di Muara Air Kantung.

“Kami sudah bosan. Sudah beberapa kali ketua dewan datang ke sini, dari pemerintah, dinas LH, DKP, PPN. Semua yang berkaitan dengan alur muara pernah datang menginjakkan kakinya, namun hingga hari ini tidak ada realisasinya. Mereka hanya datang, pulang, dan tanpa hasil. Jadi harapan kami, yuk, serius lah menangani masalah muara ini, karena ini bukan polemik setahun dua tahun, ini sudah belasan tahun,” keluhnya.

Sementara itu, mengenai kondisi Muara Air Kantung setelah dilakukan pengerukan dua hari terakhir ini, Lukman berkata sudah mulai membaik.

“Sudah ada perubahan kalau dibanding kemarin itu tidak bisa lewat. Kalau hari ini jika air besar sudah bisa lewat lah,” ucap Lukman menutup wawancara.