SIANTAR, metro7.co.id – Dalam kurun waktu kurang lebih satu bulan kedepannya, masyarakat kota Pematang Siantar diwajibkan harus memilih siapa yang akan menjadi pemimpin Kota Pematang Siantar beberapa tahun Kedepannya.

Dan hal tersebut akan ditentukan oleh masyarakat itu sendiri, karena pilihan ada ditangan masyarakat. Dalam Pilkada Mendatang di kota Pematang Siantar dihadapkan dengan satu paslon tunggal yakni Asner-Susanti (Paslon) dan Kolom Kosong (Masyarakat).

Hadirnya Kolom Kosong pilkada Siantar merupakan sejarah pertama kali di kota Pematang Siantar, sihingga banyak dari kalangan masyarakat belum mengetahui yang namanya relawan kolom kosong.

Untuk lebih jelasnya, awak media ini mencoba mewawancarai penggagas relawan kolom kosong yakni Horas Sianturi, Rabu 18 November 2020 siang bertepatan di Polres Pematang Siantar.

Kepala awak media ini Horas Sianturi menjelaskan, sejak dideklarasikan Kawan Mas Koko mereka mendapati masyarakat sudah mulai memahami dan mengerti bahwasanya kolom kosong itu adalah pilihan yang sah.

Dan akhirnya beberapa dari siklus dari masyarakat membuat silaturahmi resiko relawan kolom kosong, dan sudah cukup bagus sambutan masyarakat.

Karena mereka berpikir selama ini memilih kolom kosong itu seolah-olah hal yang menakutkan.

Ditambah lagi dengan adanya pernyataan dari oknum-oknum yang juga adalah anggota DPRD dimana mereka mengatakan, yang satu mengatakan Bisa Pilih Asner (Paslon) dan bisa pilih Kolom Kosong tetapi tapi yang punya otak memilih yang pasti. “Seakan – akan jika kita memiliki kolom kosong tidak punya otak, kan masyarakat takut, itu yang pertama,” cecar Horas.

Lanjut, kedua mereka mengatakan kalau kolom kosong menang masyarakat rugi. “Menurut kita setelah kita edukasi, masa pemerintahan membuat regulasi dan aturan tentang kolom kosong yang bisa merugikan rakyat. Jadi masyarakat apabila tidak diberikan pemahaman mereka tidak mengerti nanti mereka merasa rugi,” kata Horas.

Jadi artinya dia mencoba menangkis kata-kata tersebut, karena tidak berdasar. Kalaupun kolom kosong Menang sudah ada regulasi hukum aturan main kesana, siapa yang menjadi PJ.

“Lagian Paslon di Siantar adalah pensiunan ASN, tentu karir dan jabatan Eselon dua yang akan menjabat sebagai walikota tentunya sudah berpengalaman si Paslon apabila Kolom Kosong menang,” tambahnya.

Jadi untuk itu tidak ada hal-hal yang patut dikatakan rugi karena wewenang PJ Walikota akan jauh lebih transparan karena tidak ada beban yang lain dan langsung kepada DPRD, sebagai dilakukan oleh Walikota atau PJ Walikota.

“Kita juga menyikapi adanya perkataan yang mungkin ada lebih lebihnya yang ngomong ini, dia mengatakan dikolom kosong itu ada ular ada setan, ada hantu. Cobalah masyarakat awam memahami itu karena yang mengatakan ini adalah seorang anggota DPRD,” ujar Horas Sianturi.

Namun setelah pihaknya terus menerus menjelaskan tentang undang-undang Nomor 10 tahun 2016, PKPU No 8 tahun 2017 tentang edukasi kolom kosong tidak ada pidananya, akhirnya masyarakat mulai sambut. Masalah menang atau kalah masyarakat yang menentukan.

“Rakyat berdaulat menentukan pilihannya,” tegasnya.

Kolom Kosong bila menang karena masyarakat berdaulat. “Mereka mungkin merasa, apakah Jika Asner-Susanti menang, emangnya rakyat itu tidak berdaulat ?. Yah beda. Kalau kolom kosong itu menang tanpa mahar, kolom kosong tanpa lobi-lobi politik, kolom kosong tanpa Politik dagang Sapi. Kolom kosong menang karena rakyat tau dengan memilih dengan hati,” katanya lagi.

Horas Sianturi juga menjelaskan, pada hakikatnya Kolom Kosong tidak memiliki Visi atau Misi tapi masyarakat/atau relawan pendukung kolom kosong yang mempunyai prinsip.

Pihaknya mencoba menenangkan kolom kosong dengan tujuan agar ada perubahan Politik atau Demokrasi dikota Pematang Siantar, sehingga kedepannya orang tidak lagi berniat untuk menjadi calon tunggal, itu yang pertama.

“Walaupun mungkin karena mungkin banyak uang nya. Yah tidak usah lah, coba berikan kesempatan yang sehat. Tidak enak melihat pertarungan tinju tanpa ada lawannya. Kita hanya menghidupkan demokrasi,” cetusnya.

Lanjut, yang ke-dua apabila Kolom Kosong menang maka ada kesempatan untuk para tokoh, siapapun figur atau anak-anak kedepan, walaupun dia tidak punya uang tetapi dia bisa berkenan dihati rakyat, dia punya kesempatan untuk jadi pemimpin.

Sehingga bukan hanya saja di eksekutif bahkan di legislatif dia bisa duduk disana. “Dan kita juga berharap dia duduk itu bukan karena uang tetapi karena Smart/skill dan kemampuannya,” imbuhnya.

Selanjutnya, harapannya kedepan kepada Partai-partai agar mereka terus mencari atau menggali kader-kader mereka yang bisa memikat hati rakyat.

“Contohnya Partai Politik PDIP menurut kita. PDIP mampu mengusung calon sendiri,” ujarnya.

Jadi kedepannya jika Kolom Kosong menang Partai Politik harus belajar untuk mengkader calon-calon mereka yang benar-benar dekat dengan hati rakyat. Dan biar Partai Politik itu bekerja.

Dalam hal ini ia juga punya pertanyaan, apakah Paslon ini merupakan kader?. Menurutnya tidak sama sekali, dikarenakan Paslon adalah pensiunan ASN, jadi jika Partai itu bilang sudah melihat dia sebagai yang terbaik, yah silahkan saja. Tapi ada lagi pertanyaan saya, apakah tanpa mahar ?.

“Kalau memang Partai sudah memastikan Paslon tanpa mahar, yah umumkan lah sekarang kepada masyarakat apa saja keunggulan dari si Paslon sehingga diterima tanpa mahar,” katanya.

“Tetapi karena hanya semata-mata karena mahar waduh. Apa sih, seorang ASN/Pensiunan yang hanya melaporkan LHKP nya tidak sampai 5 miliyar. Yang melaporkan dana kampanye awalnya hanya Rp 100 juta lebih, ini merupakan pertanyaan,” ungkapnya.

Dibalik semua itu, pihaknya hanya ingin pemimpin yang benar-benar bisa mengayomi masyarakat, mengayomi semua suku, mengayomi semua Agama. Dimana kota Pematang Siantar merupakan kota yang sangat toleran dan beragam. *