LABUHANBATU, metro7.co.id – Bagian jenis budaya batak dari ritual adat yaitu upah-upah ” Mulak Tondi Tu Badan” yang berarti untuk mengembalikan tondi (semangat) berisi nasihat, motivasi serta memberikan doa. Hal ini, dilakukan Bupati Labuhanbatu dr Erik Adtrada Ritonga terhadap para Kepala Desa terpilih baru dilantik.

“Jadilah Kepala Desa yang didengar masyarakat” ucap Bupati Labuhanbatu dr.H.Erik Adtrada Ritonga, MKM didampingi Wakil Bupati Labuhanbatu Hj.Ellya Rosa Siregar, S.Pd pada acara upah-upah di pendopo rumah dinas Bupati Labuhanbatu Kelurahan Padang Matinggi Kecamatan Rantau Utara Selasa.

Menurutnya, kepala desa adalah sosok pimpinan di desa yang memiliki hubungan dekat dan bersentuhan langsung dengan lapisan masyarakat secara sosial bersama aparatur pemerintah desa yang memiliki program kerja dengan segala kebijakan berpihak terhadap masyarakat.

“Jadi, saudara semua bukan lagi sosok pimpinan golongan atau tim, saudara sekarang adalah pimpinan untuk semua masyarakat, jalinlah komunikasi yang baik untuk terciptanya pembangunan yang maju di daerah masing-masing,” tandasnya.

Seperti diketahui, tujuan upah upah biasanya dimulai dari doa orang yang paling tua di keluarga atau dituahkan dalam sebuah kelompok berlanjut ke orang yang lebih muda.

Sedangkan namanya upah upah (Usaha Pangidoan Asa Horas) yang artinya upaya untuk menjadi lebih baik lagi, upah upah tondi bertujuan untuk mengembalikan tondi (spirit/semangat).

Ketika upah upah tondi dilakukan dengan cara seseorang mendoakan orang yang sedang diupah upah dan dihadapan orang yang sedang diupah upah diletakkan makanan berupa nasi, ayam, dan sebagainya.

Meskipun upah upah dilakukan orang yang diupah upah (yang didoakan) dan yang mengupah upah (yang mendoakan) hendaknya memegang piring dari makanan yang sudah dihidangkan. Semua rangkaian tersebut memiliki arti tersendiri.

Walaupun, seiring berkembangnya zaman, banyak masyarakat khususnya suku batak yang melupakan dan meninggalkan adat ini. Dan kita sebagai generasi penerus hendaknya membantu untuk melestarikan adat yang hampir punah tersebut