PALANGKARAYA Ketua MUI Kalimantan Tengah KH Ahmadi Isa menegaskan bahwa pembentukan FPI urung dilaksanakan, terutama di Palangkaraya. Menurutnya, masalah tersebut sebenarnya telah disampaikan Panitia Pelaksana Pembentukan FPI di hadapan Kepolisian Palangkaraya dan MUI Kalteng, Jumat (10/2) pekan lalu.

Selain itu, rencana peringatan Maulid Nabi Besar SWA di Palangkaraya yang rencananya akan mendatangkan penceramah Habib M Rizieq juga dibatalkan, pasca penolakan dari masyarakat adat Dayak, Sabtu (11/2) lalu.
Ratusan warga suku Dayak secara tegas menolak kedatangan tokoh Front Pembela Islam (FPI) dari Jakarta yang tiba di Bandara Cilik Riwut, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Massa berikat kepala merah, sejak pagi telah memenuhi bandara. Mereka sempat bahkan masuk ke area pesawat Sriwijaya Air yang ditumpangi rombongan dalam jarak hanya sekira 50 meter.
Wakil Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalimantan Tengah, Lukas Tingkes dalam orasinya di bandara menyebutkan bahwa pihaknya tidak menghendaki ada orang luar yang mengatur kehidupan masyarakat Kalteng. Massa yang umumnya melengkapi diri dengan senjata  tradisional tombak dan mandau itu, melarang FPI melakukan kegiatannya di Kalteng. Situasi itu baru terkendali setelah Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang dan Kapoda Kalteng Brigjen Damianus Jacky datang ke bandara.
Sebelumnya diketahui, kedatangan Ketua FPI Jakarta ke Palangkaraya adalah untuk meresmikan organisasi itu di sana
 Mereka yang tiba adalah Wakil Ketua DPP FPI Muchsin, Sekjen FPI Ahmad Shobri Lubis, Wakil Sekjen FPI Awit Masyhuri, Panglima FPI Maman Suryadi, dan seorang anggota Dewan Majelis Syuro. Sementara Ketua Umum FPI, M Rizieq Shihab yang dijadwalkan datang, mengurungkan rencananya karena sakit.
Aksi serupa juga dilakukan di Bundaran Besar Palangkaraya, oleh sejumlah perkumpulan warga Dayak, seperti Barisan Pertahanan Masyarakat Adat Dayak Kalimantan Tengah dan Majelis Adat Dayak Nasional (MADN). Turut dalam unjuk rasa itu, Wakil Sekjen Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) yang juga Sekretaris Daerah Kalteng, Siun Jarias.
Ketua Gerakan Pemuda Dayak Kalimantan Tengah Yansen Binti menilai FPI sebagai organisasi massa yang identik dengan kekerasan, sehingga tidak sesuai dengan budaya Dayak, Huma Betang yang bermakna perdamaian, kebersamaan dalam keragaman. FPI juga dituding kerap menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya.
Rencana pendirian FPI mulai terendus saat rapat Komunitas Intelijen Daerah yang meminta masukan dari sejumlah ormas beberapa waktu lalu. FPI dinilai tidak perlu didirikan di Kalteng dan penolakan ini ditegaskan tak ada kaitannya dengan agama. Metro7/usy