KANDANGAN — Sebanyak 55 buah rumah yang ada di Desa Ambarai Kecamatan Padang Batung terendam air selama beberapa hari ini. Penyebabnya, air Sungai Buaya meluap dengan debit air yang lebih tinggi dari biasanya.

Celakanya, anak sungai yang biasanya mengalirkan air ke rawa terhalang oleh dinding bangunan irigasi yang tidak berpintu air. Kendati ada, itu pun hanya ada dua buah gorong-gorong kecil yang diletakkan di bawah dinding  siring bangunan.
 Kedua gorong-gorong tersebut tidak sanggup mengalirkan air ke rawa dengan baik. Akibatnya, tumpukan air semakin menggenang dan meninggi hingga meluas dan merendam ke Desa Ambarai.
Seiring meningginya, masyarakat setempat mulai terlihat bereaksi dan berencana membongkar jalan irigasi yang sudah dibangun tersebut. Mereka menganggap bangunan irigasi yang membentang di desa mereka sebagai penyebab tertampungnya air.
Sebelum masyarakat bereaksi, mereka minta kepada pemerintah provinsi yang membangun irigasi, agar dapat membuatkan jembatan untuk mengalirkan air yang datang dari arah Sungai Buaya.
“Masyarakat Desa Ambarai meminta ada sebuah jalur untuk mengalirkan air sungai, sehingga tidak merendam desa,” ujar H Yazidi yang tercatat sebagai anggota DPRD HSS.
Ketua Komisi III DPRD ini juga mengatakan, niat masyarakat ingin menjebol bangunan Irigasi sudah dibicarakan di tengah masyarakat. Hanya saja dirinya meminta tindakan tersebut untuk sementara dibatalkan. Karena dirinya akan membicarakan ke pihak Pemerintah Provinsi terlebih dahulu. Jika tidak diindahkan, maka langkah yang ingin dilakukan masyarakat  tidak bisa dihalang-halangi lagi.
Sementara itu, dari keterangan H Yazidi, ketinggian air yang merendam Desa Ambarai sudah di atas 60 cm. Jalan utama yang ada di desa juga terendam dengan keinggian antara 50 hingga 60 cm. Seiring terendamnya desa tersebut, berbagai penyakit juga datang. Akibatnya, masyarakat desa mulai resah dan akan melakukan tindakan perusakan terhadap jalan irigasi tersebut.
Masih dari keterangan H Yazidi, selama puluhan tahun Desa Ambarai tidak pernah kebanjiran, apalagi sampai merendam selama berhari-hari. Sebab, selama ini anak-anak sungai yang ada di desa, semuanya dapat mengalirkan air dengan baik ke rawa-rawa dan anak sungai.
Tapi, ketika ada bangunan Irigasi melintasi desa mereka, maka banjir pun datang. Sebab, bangunan yang dibangun, tidak dibuatkan saluran air. Bahkan anak sungai yang biasa mengalirkan air ke rawa juga ditutup dengan urukan tanah setinggi 3 meter dengan lebar 4 meter.
Akibatnya, desa jadi tergenang dan masyarakat mulai resah karena adanya genangan tersebut. Sebab, berbagai bibit penyakit mulai berdatangan. Dari gatal-gatal, disentri hingga diare yang diiringi dengan berbagai penyakit lainnya.
Anggota DPRD HSS yang rumahnya dikelilingi oleh genangan air ini juga mengharapkan, agar kontraktor yang melakukan pembangunan, dapat mendengarkan suara masyarakat. Metro7/fit