Adaro Rugi Puluhan Miliar Rupiah
PARINGIN – Persoalan lahan rupanya masih akan terus menjadi sorotan menyusul meluasnya pekerjaan tambang PT Adaro Indonesia. Belum lagi dingin kasus sengketa serupa di bumi Saraba Kawa, kini giliran Bumi Sanggam yang memanas. Ratusan Warga Gunung Riut Kecamatan Halong Kapupaten Balangan menutup lahan tambang PT Adaro Indonesia, Selasa (6/2) lalu.

Aksi ritual adat yg dilakukan warga merupakan buntut kekecewaan mereka setelah 6 tahun memperjuangkan hak adat, tidak juga mendapat tanggapan positif dari perusahaan. Sebagaimana yang terjadi di KM 82 Afdelling alpha PT ATA, warga Gunung Riut juga membentangkan tali paikat (rotan) yang telah diberi mantra melalui ritual adat untuk menutup haul road PT Adaro.
“Barang siapa berani membuka tanpa seizin dan ritual adat, akan terkena mantera dan berhadapan dengan kami,” tegas ratusan warga.
Warga terlihat telah cukup siap. Mereka datang ke lokasi sudah lengkap dengan perbekalan makanan dan senjata tradisional mandau, tombak dan lain-lain.
Sayangnya dalam kasus ini, Kapolres Balangan pun ternyata tak bisa berbuat apa-apa, padahal menurut informasi, yang bersangkutan telah berjanji untuk menyelesaikan perkara tersebut, membantu warga melakukan negosiasi atas klaim terhadap ribuan hektar tanah adat Gunung Riut kepada PT Adaro Indonesia.
Seorang sesepuh suku Dayak mengajak semua pihak untuk melihat langsung keadaan alam mereka yang telah rusak akibat aktifitas penambangan.
“Coba lihat kondisi kami, sangat memprihatinkan. Mulai dari  dari hancurnya alam Gunung Riut, sampai hilangnya hutan tempat kami berburu. Itu semua akibat penambangan batu bara, sementara perusahaan (PT Adaro – red) sampai sekarang ini, tidak juga memberikan perhatian serius terhadap masalah ini,” ungkapnya.
Warga yang mendirikan tenda dan menutup jalan, menegaskan tidak akan membuka lahan tersebut, sebelum tuntutan mereka dipenuhi.
“Kami akan terus mempertahankan tanah kami sampai titik darah penghabisan. Siapa pun yang berani membuka, akan kami lawan dan kami tidak main main. Legalitas tanah serta bukti-bukti kepemilikan kami lengkap, termasuk segel-segel tanah tahun 50-an,” papar tokoh adat Gunung Riyut, Dahrianus (51).
Salah seorang karyawan PT Rahman Abdi Jaya (PT RA) menuturkan, akibat aksi warga yang makin marak belakangan ini dari dua Kabupaten bertetangga, Tabalong dan Balangan, PT Adaro Indonesia telah mengalami kerugian lebih dari Rp 1 miliar per hari.
Dalam aksi kali ini, tidak nampak aparat dari Polres Balangan, hanya ada sekira 4 orang anggota intel Polsek Halong yang memantau kegiatan warga. Koordinator aksi, Yesi menuturkan, masyarakat sudah 6 tahun berjuang mempertahankan hak mereka.
“Kami sudah 6 tahun memperjuangkan tanah adat ini. Dalam waktu selama itu, ketika lahan dikeruk pun, kami masih berikan toleransi. Tapi ketika pada pertemuan terakhir pihak Adaro tidak juga berkomitmen apa apa, kami terpaksa melakukan aksi ini,” akunya.
Meski penutupan lahan sudah berlangsung kurang lebih satu minggu dan pihak PT Adaro pun telah merugi puluhan milyar rupiah, namun hingga berita ini diturunkan, dikabarkan belum ada tindakan pendekatan atau pun negosiasi dari perusahaan emas hitam tersebut dengan warga pribumi. Metro7/ami