CILACAP, metro7.co.id Adanya risiko bencana yang bisa mengancam keberlangsungan pendidikan di Indonesia, khususnya di wilayah Kecamatan Kampunglaut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, membuat proyek Safe and Secure School Environment for Children (S3EC) atau Sekolah Aman dan Lingkungan Nyaman Bagi Anak yang merupakan kerja sama Yayasan Sosial Bina Sejahtera (YSBS) Mino Martani Banyumas dengan ChildFund International Indonesia, bergulir. 

Menurut pimpinan proyek YSBS Mino Martani Theresia Kariyah, Proyek ini telah melakukan pemetaaan awal, di mana di Kecamatan Kampunglaut banyak anak-anak usia sekolah dasar (6-14 tahun) tidak dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar, karena sekolahnya terendam banjir. 

Juga kualitas bangunan sekolah yang kurang mendukung, sehingga memberikan kondisi tidak aman bagi anak-anak untuk belajar. 

Hal itu disebabkan air laut pasang yang terjadi 3–5 kali dalam setahun masuk ke lingkungan sekolah. Dan selama 2–3 hari kondisi tersebut menjadi sangat berbahaya bagi anak-anak untuk belajar. 

Jika melihat lokasi Kecamatan Kampunglaut, lokasi ini sangat rentan terhadap ancaman banjir, puting beliung, gempa, dan tsunami. 

Melihat potensi kerentanan tersebut, proyek S3EC ini hadir dengan tujuan mengatasi masalah sekolah anak usia 6–14 tahun yang dinilai tidak aman dalam proses belajar mengajar anak. 

Proyek ini menyasar 9 sekolah dasar negeri (SDN) di Kecamatan Kampunglaut, diantaranya SDN 01 Panikel, SDN 02 Panikel, SDN 03 Panikel, SDN 01 Ujunggagak, SDN 02 Ujunggagak, SDN 03 Ujunggagak, SDN 01 Ujungalang, SDN 02 Ujungalang, dan SDN 03 Ujungalang. 

Anggaran proyek S3EC ini berasal dari ChildFund Korea, langsung didistribusikan kepada 9 sekolah tersebut. 

Proyek yang sudah berjalan selama 3 tahun sejak 2019-2021 ini tidak hanya menyentuh pada perbaikan minor atau mayor infrastruktur sekolah, namun juga menyasar pada pembangunan kapasitas tenaga pendidik dan komite sekolah untuk bersedia menerapkan prinsip sekolah aman. 

Juga mengintergrasikan proses Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dalam pembelajaran sekolah dasar. 

Proyek ini menyentuh pada pembangunan, pengetahuan, dan pemahaman siswa untuk mengerti dengan baik tentang mitigasi bencana yang mungkin dapat terjadi di lingkungan sekitar mereka. 

“Dinas Pendidikan Kabupaten Cilacap, BPBD Kabupaten Cilacap, dan Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Cilacap merupakan mitra kerja dalam proyek ini,” kata Theresia. 

Program ini sejak tahun 2019, yang dimulai dengan perbaikan infrastruktur minor dan mayor dari 9 sekolah tersebut, melakukan pelatihan prosedur tetap (Protap) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) tanggap bencana, dan pembentukan tim Siaga Bencana di sekolah. 

Hasil dari program ini yaitu tersusunnya modul integrasi pembelajaran PRB dalam materi pembelajaran sekolah dasar, dan memudahkan untuk megaplikasikan PRB dalam pembelajaran sehari-hari di sekolah. 

Kemudian terinisiasinya forum sekolah aman di tingkat Kabupaten Cilacap sebagai sumber pembelajaran dan praktek pengembangan sekolah aman bencana di kabupaten. 

Tersusunnya SOP kebencanaan di sekolah, yang diperkaya dengan kesiapsiagaan menghadapi pandemi Covid-19. 

Dan peran serta komite sekolah dalam tim siaga bencana sekolah yang terstruktur fungsi dan tugasnya dalam manajemen kebencanaan di sekolah. 

Dalam pelaksanaan proyek, ditemukan beberapa tantangan dalam pelaksanaannya, diantaranya belum terlembaga dengan baik komunitas atau forum di tingkat kabupaten yang bekerja pada isu-isu pengurangan risiko bencana di sekolah.

Konsistensi dan dukungan para pihak kepada sekolah dalam keberlanjutan menerapkan program sekolah aman pasca program berakhir. 

Penyebarluasan inisiasi sekolah aman bencana di tingkat kabupaten membutuhkan dukungan dan kolaborasi banyak pihak. 

Perubahan iklim, bencana hidrometrologi serta pandemi sebagai ancaman baru yang harus diwaspadai dan ditanggapi dengan baik oleh sekolah untuk memaksimalkan mutu pendidikan.

Project Coordinator Program pada ChildFund International Indonesia Tri Budiono mengatakan, sejauh ini jika kita lihat di kesiapsiagaan, terbukti ketikanya pandemi, anak-anak dan sekolah mengembangkan video pembelajaran untuk mengurangi dampak dari pandemi ini.

Dari pembelajaran tahun pertama mereka sudah mengenali. “Ternyata selain ancaman bencana alam, ada ancaman bencana pandemi, dan mereka bisa menyikapi bagaimana pembelajaran tetap berjalan dan anak-anak aman,” katanya. []