MALTENG, metro7.co.id – Indikator Politik Indonesia baru-baru ini merilis hasil survei tentang Persepsi Publik Terhadap Kinerja Instansi Penegak Hukum dalam Pemberantasan Korupsi, Kamis (28/4) lalu.

Hasilnya, tingkat kepuasan dan kepercayaan Polri naik mencapai angka 72%. Itu artinya kinerja institusi Polri sangat memuaskan publik.

Menurut Ceo Holistik Institute M Nur latuconsina Hasil survei tersebut menyebutkan setidaknya ada dua alasan mengapa tingkat kepercayaan dan kepuasan publik tinggi terhadap Polri.

Pertama, Polri dinilai berhasil dalam memberantas kejahatan narkoba. Angkanya sebanyak 66 persen dan publik merasa puas terhadap kinerja institusi kepolisian dalam hal mengungkap dan memberantas tindak pidana kejahatan narkoba sehingga publik memberikan apresiasi terhadap Polri.

Kedua, institusi Polri juga dinilai berhasil dalam hal penangkapan pelaku teror atau terorisme. Hal itu terlihat dari banyaknya pelaku teror dan jaringannya yang berhasil diungkap dan dibongkar Densus 88 Antiteror Polri.

“Dua keberhasilan Polri itu sangat menonjol sehingga approval rating Polri naik dan meningkat 72 persen,” kata Ceo Holistik Institut, M Nur Latuconsina.

Lanjutnya, Menurut pria yang biasa di sapa Latuconsina itu, peningkatan kepercayaaan dan kepuasan publik terhadap institusi Polri tentu tak lepas dari semangat dan komitmen serta kerja kolektif jajaran Polri di bawah kepemimpinan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dengan sejuta program terobosan Internal maupun Eksternal melalui Program Presisi.

Hal ini wajar apabila publik mengapresiasi dan menaruh harapan serta kepercayaan kepada Polri. Karena sejak kepemimpinan Sigit, institusi Polri banyak melakukan lompatan imajinal termasuk juga upaya reformasi dalam rangka mengembalikan citra dan marwah institusi Polri yang selama ini acap dipersepsikan paradoks.

Ikhtiar Sigit menghapus stigma negatif yang melekat pada institusi Polri berbuah manis. “Pasalnya, mantan Kabareskrim itu tak tanggung dalam melakukan pelbagai terobosan dan upaya reformasi Polri dengan melakukan pembenahan dimulai dari internal Polri seperti menghapus budaya buruk perilaku oknum polisi semisal budaya suap dan perilaku buruk lainnya,” ungkap Latuconsina.

Sehingga institusi Polri tidak lagi dipandang sebagai institusi “buruk rupa” meski stigma negatif itu sebenarnya disebabkan perilaku buruk oknum. Sebaliknya Polri menjelma menjadi institusi terbuka terutama dalam hal melayani kepentingan publik.

Lanjut latuconsina, tak hanya itu, bila ditelisik secara komprehensif sebenarnya banyak sekali prestasi dan keberhasilan kinerja Kapolri yang terbilang menonjol.

“Selain prestasi penangkapan pelaku teror dan pemberantasan kejahatan narkoba. Satu hal misalnya, Polri saat ini menjadi institusi yang paling terbuka dengan kritik,” bebernya.

Alhasil, Kapolri Listyo Sigit Prabowo berhasil melakukan setapak perubahan. Satu tahun kepemimpinannya telah menghadirkan transformasi perubahan fundamental yang sulit dijangkau nalar. Jika dirinci capaian keberhasilan program Polri Presisi secara umum sudah di atas 90 persen.

“Saat ini dapat dipastikan bahwa transfromasi program Polri Presisi telah mencapai 90 persen. Capaian dan prestasi Kapolri telah dilihat secara nyata dan dirasakan langsung oleh publik. Berdasarkan hasil suvei pelbagai lembaga riset menunjukkan bahwa kepuasan dan kepercayaan publik terus meningkat,” kata Latuconsina.

Untuk memastikan dan membuktikan apakah progran Polri Presisi berjalan tentu sangat mudah. Di antara program yang sangat mudah disaksikan misalnya sistem pelayanan Polri yang berbasis digital.

“Belum lagi terobosan program yang sejak awal dicanangkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo,” tutupnya.