MALTENG, metro7.co.id – Permasalahan stunting (gagal tumbuh) masih menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi pemerintah Indonesia. Berdasarkan hasil survey Status Gizi Balita pada 2019, prevalensi stunting Indonesia tercatat sebesar 27,67 persen.

 

“Angka itu masih di atas standar yang ditetapkan oleh WHO bahwa prevalensi stunting di suatu negara tak boleh melebihi 20 persen,” kata Ketua TP PKK yang juga Ina Parenting Kabupaten Maluku Tengah, Amien Ruati Tuasikal pada saat melakukan kunjungan kerjanya di Kecamatan Seram Utara Barat, Selasa (6/7/2021).

 

Dalam kesempatan dimaksud, Ina Parenting Maluku Tengah juga berdialog langsung dengan keluarga yang memiliki balita stunting guna menggali akar penyebab masalah sehingga anak anaknya mengalami stunting.

 

“Pola Asuh yang baik, pendidikan Ibu yang cukup, tingkat pengetahuan ibu dan lingkungan sangat memberikan kontribusi positif bagi anak dan dapat menekan angka masalah stunting,” ujarnya.

 

Olehnya itu, masalah stunting menurutnya harus diatasi dengan baik agar generasi masa depan Indonesia bisa menjadi generasi yang unggul, berdaya saing, dan berkualitas.

 

“Terutama generasi muda kita di Maluku Tengah,kita harus bisa menyiapkan generasi unggul berdaya saing serta berkualitas,olehnya itu mari kita perangi stunting secara bersama-sama,” ujar Amien Ruati Tuasikal.

 

Selain itu, lebih lanjut Amien mengatakan, upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi,  yaitu intervensi gizi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi gizi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung. 

 

“Intervensi gizi spesifik merupakan kegiatan yang langsung mengatasi terjadinya Stunting seperti asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular dan kesehatan lingkungan. Intervensi ini umumnya diberikan oleh sektor kesehatan,” terangnya.

 

” Intervensi gizi sensitif mencakup peningkatan penyediaan air bersih dan sarana sanitasi, peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan, Peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan gizi ibu dan anak, serta peningkatan akses pangan bergizi,” lanjut Amien.

 

Amien juga berharap, semua pemangku kepentingan dapat berpartisipasi aktif di bidangnya masing-masing guna mengintervensi penanganan stunting yang dilakukan agar menjadi contoh untuk penanganan di daerah lainnya.

 

“Kebersamaan dan komitmen yang kuat akan menjadi modal utama dalam pencapaian tujuan. Sehingga target kita untuk penanganan gizi buruk dan stunting bisa kita laksanakan dengan baik,” tutupnya.[]