Batulicin — Kelangkaan BBM jenis premium beberapa minggu terakhir ini menjadi kesempatan bagi para pelangsir untuk mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Sayangnya, upaya mereka mencari nafkah ini justru membuat warga lain kesulitan mendapatkan BBM. Bahkan mereka terkesan tidak menghargai keberadaan masyarakat umum ketika berada di SPBU.
Seperti yang terjadi di Pagatan Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu akhir-akhir ini. Para pelangsir dengan seenaknya melakukan pengisian BBM tanpa memperdulikan masyarakat umum.
Hal itu rupanya sampai juga ke telinga Kapolda Kalimantan Selatan Brigjen Pol Taufik Ansorie. Orang nomor satu di jajaran kepolisian Kalimantan Selatan ini menyempatkan diri berkunjung ke Pagatan untuk melihat langsung situasi SPBU.
Kedatangan Kapolda Kalsel ke Pagatan Kecamatan Kusan Hilir, memang sempat membuat pelangsir keder. Buktinya, tidak ada terlihat antrean panjang yang biasanya terjadi setiap hari. Tapi sayangnya, begitu Kapolda balik ke Banjarmasin, pelangsir mulai beraksi lagi.
“Saya masih ingat waktu berkunjung ke Pagatan, Kapolda pernah bilang akan memecat Kapolsek apabila tidak bisa menertibkan para pelangsir. Tapi apa buktinya, begitu beliau pulang ke Banjarmasin, antrean BBM mulai panjang lagi,” papar Kepala Desa Kampung Baru Andi Jaya, baru-baru tadi.
Penegasan Kapolda Kalsel tersebut, kata Andi Jaya, disampaikan di hadapan para kades se-Kecamatan Kusan Hilir di Hotel Putri Duyung (dulu bernama Hotel Muhibbin).
Menurutnya, meskipun Kapolda mengganti Kapolseknya setiap hari, para pelangsir ini tidak akan pernah berhenti melakukan aktifitasnya. Pasalnya, pelangsir begitu mudah mendapatkan minyak setiap hari.
“Saya heran, habis mengisi beberapa menit kemudian antre lagi. Sudah tahu melangsir kok malah dibiarkan,” ujarnya. 
Dikatakannya, saat ini untuk mendapatkan BBM jenis premium di SPBU memang sangat sulit. “Semakin hari semakin susah dapat bensin murah di SPBU karena yang antre orangnya itu-itu saja. Habis keluar, kemudian antre lagi,” ujar Andi.
Akibat banyaknya jumlah pelangsir, tambah dia, di sekitar SPBU banyak terdapat jeriken milik warga.  “Sekarang beli premium eceran sudah mencapai Rp 7000,” sebut Andi.
Dia menyayangkan tidak ada tindakan dari aparat kepolisian maupun instansi terkait milik pemerintah daerah yang menangani masalah kelangkaan BBM ini. “Seharusnya instansi terkait tidak perlu menunggu perintah dari atasan. Kalau sedikit- sedikit nunggu instruksi atasan, terus apa kerjanya pimpinan SKPD dan staf ahli,” ujar Andi Jaya. 
Kelangkaan BBM hampir merata di seluruh SPBU di Kabupaten Tanbu. Kondisi tersebut ternyata dimanfaatkan oleh para pelangsir untuk mencari untung. Mereka tidak peduli dengan warga lain yang juga ingin mendapatkan premium di SPBU.
Para pelangsir ini begitu mudah mendapatkan premium di SPBU. Menjualnya pun tidak terlalu sulit. Begitu keluar SPBU, pembeli sudah mengantre. Rata-rata pelangsir menjual premium dengan harga Rp6500 perliternya. Meskipun ada aparat kepolisian yang berjaga-jaga di SPBU, namun tidak ada tindakan tegas yang dilakukan aparat untuk menertibkan para pelangsir ini. “Sungguh ironis memang. Sudah dijaga oleh aparat kepolisian, namun pelangsir masih merajalela,” ujar Wanto warga Batulicin. (Metro7/sur)