BUNTOK, metro7.co.id – Pandemi Covid-19 memang sangat berdampak disegala sektoral salah satunya adalah dibidang ekonomi masyarakat yang hampir seluruh kalangan masyarakat merasakan efek nya.

Akibat dari Pandemi pula, banyak perusahaan-perusahaan pertambangan di Barito Selatan merumahkan atau bahkan pemutusan hubungan kerja (PHK), sehingga berdampak banyak pengangguran.

Namun, ada beberapa anak muda exs karyawan-karyawan berasal dari desa-desa di daerah Kecamatan Dusun Utara Barito Selatan terkhususnya seperti, di Desa Tamparak Layung, usai kena PHK mereka memilih untuk bertani salah satunya bertani jagung pakan .

Seperti Andama Jarau Mahurung yang masih berusia 23 tahun. Ia memilih Bertani jagung setelah diberhentikan dari pekerjaannya.

“Saya lebih memilih bertanam jagung pakan karena hasilnya yang menggiurkan dan cara perawatannya yang tidak terlalu repot dan biaya perawatannya tidak terlalu besar,” paparnya kepada wartawan.

Diapun menuturkan bahwa hanya dengan membuka lahan kurang lebih 2 hektar, Andama dalam 4 bulan paling sedikit meraih 6 ton untuk hasil panennya, dengan harga jual yang senilai Rpi 1.800 per kg dikurangi biaya perawatan yaitu,
15 karung pupuk penyubur seharga Rp 125 ribu per 1 karung nya dan obat pembasmi hama sekitar 5 liter seharga Rp 350 ribu perliternya.

“Maka saya masih dapat memungut hasil paling sedikit Rp 8 juta persekali panen,” tutur Andama Jarau Mahurung.

Dari hasil tersebut ucapnya dia lebih baik memilih bertani walaupun diakui ia dan beberapa pemuda- pemuda lainnya di Desa Tamparak Layung tidak terlalu memahami betul cara bertani jagung.

“Tapi kami sangat puas dengan hasil yang diperoleh disaat Pandemi seperti ini, dibanding kalau untuk mencari atau melamar pekerjaan ke perusahaan tentunya sangat sulit sekali, ya walaupun harganya tidak semahal sebelum pandemi yang bisa menembus Rp 2.300 per kg, tapi setidaknya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ucap pemuda ini dengan semangat. *